WARNING: DON'T BE FOOLED BY THE TITLE. YOU'VE BEEN WARNED.
Der Perfekte Mann
by: ainasiegrieda a.k.a. Anya Teresa
![]() |
source |
CHARACTERS COPYRIGHT CLAIM:
Dieter Eisenschmidt, Toshiro Kanegawa and Elise Weistdijk (c) me
Mo Kai Ling and Anneliese Leong (c) FrauPhan
Thomas 'Tom' McKinnon (c) seerstella
Dannias Rainsnight (c) Azzura Raven Hexium
Berantakan dan cuek terhadap penampilan, itulah stereotipe yang melekat pada mahasiswa Fakultas Teknik. Namun, pengecualian dapat diberikan pada Dieter Eisenschmidt, seorang mahasiswa jurusan Teknik Mesin tahun ketiga. Mahasiswa asal Jerman tersebut menjadi idola para wanita di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Fakultas Ilmu Budaya (dan mereka nggak tahu kalau Dieter sudah punya pacar seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi).Hal ini disebabkan oleh penampilan pria muda tersebut yang berbanding terbalik dengan mahasiswa Fakultas Teknik pada umumnya, penampilannya selalu nampak sangat rapi dan diperhatikan kemanapun dia pergi. Bahkan Dieter sangat benci apabila saat menyisir rambut pirangnya, ada sehelai rambut yang tidak terbawa. Gaya berbicaranya juga sangat kaku, seakan dia berusaha agar tidak ada kesalahan pengucapan satu kata atau satu huruf sekalipun.
"Kenapa rambutku yang ini jatuh terus, ya? Sepertinya rambutku ini memang sulit diatur?" tanya Dieter saat berkaca di cermin kamar mandi dan menyisir rambut pirangnya.
"Ya, ampun Dieter-senpai! Itu kurang rapi apa, coba? Rapi banget kalau aku lihat..." gumam Toshiro, teman sekamarnya yang menunggu di luar kamar mandi.
"Tapi aku tidak suka kalau rambutku ada yang tertinggal..." ucap pemuda itu sambil terus menjinakkan rambut liarnya. "Ah, sepertinya sudah tidak bisa diapa-apakan lagi... Toshiro, tolong ambilkan gunting."
"Eeh? Buat apa, Dieter-senpai?" tanya Toshiro bingung melihat tingkah seniornya yang satu ini.
"Cari saja di lemari, jangan sampai dokumen-dokumen penting Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik berantakan karena ulahmu. Turuti kata-kata seniormu bisa atau tidak?" tanya Dieter.
Pemuda Jepang berusia 18 tahun itu refleks membungkukkan badannya dan pergi ke arah laci-laci di lemari pakaian untuk mencari sebuah benda yang dinamakan gunting. Setelah menemukan gunting kertas di bawah tumpukan dokumen organisasi, Toshiro mendekati seniornya tersebut sambil menunjukkan gunting kertas yang dia temukan tadi.
"Senpai, apa ini gunting yang kau cari?" tanya Toshiro sambil menunjukkan gunting kertas tersebut.
Dieter hanya menoleh pada Toshiro dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Maksudku gunting rambut. Bukan gunting kertas."
"Lah? Sama saja gunting, kan? " pikir Toshiro.
Pemuda Jepang tersebut kebingungan dan mencoba mengingat apakah ada gunting rambut di kamar mereka. Firasat Toshiro mengatakan bahwa tidak ada gunting rambut di kamar mereka. Jadi, mungkin terpaksa dia harus mencari gunting rambut di kamar tetangga.
"Memangnya ada gunting rambut di kamar kita, Dieter-senpai?"
Yang ditanya hanya cuek saja, seakan-akan menyuruh Toshiro untuk mencari gunting tersebut di laci meja kecil di samping tempat tidur mereka. Toshiro merasa sial harus sekamar dengan senior yang seaneh itu, semuanya harus rapi, bersih dan pada tempatnya. Ribet, pikirnya. Akhirnya ketemu juga, Dewi Fortuna kali ini berpihak padanya. Toshiro tidak harus mencari gunting rambut sampai ke kamar tetangga.
"Ini, senpai." ucap Toshiro sambil menyerahkan gunting tersebut. Dieter segera mengambil gunting tersebut dan menggunting anak-anak rambutnya yang dianggap mengganggu, kemudian membuangnya ke tempat sampah dekat wastafel.
"Memangnya ada apa rapi-rapi seperti itu, senpai?" tanya Toshiro melihat seniornya memakai polo shirt dan celana jeans seakan-akan mau pergi ke suatu tempat.
"Elise akan berkunjung ke sini dan sebagai pria aku malu untuk tampil berantakan di depan wanita." jawab Dieter. Toshiro hanya mengangguk mendengar penjelasan Dieter.
****
TOK! TOK! Terdengar suara pintu kamar diketuk.
"Siapa disana?" tanya Toshiro.
"Aku mau nyari Dieter. Dieternya ada?" tanya suara perempuan di balik pintu. Dieter yang sangat mengenali suara perempuan itu, langsung membukakan pintu. Ternyata di balik pintu kamar sudah berdiri seorang gadis Kaukasia bertubuh tinggi dan berambut coklat terang bersama dengan seorang gadis Asia bermata sayu yang membawakan sekotak kue black forest.
"Liebchen, tidak seperti biasanya kamu bersama dengan Mo?" tanya Dieter pada perempuan tersebut.
"Iya...jadi tadi aku main ke rumahnya Mo. Terus bikin kue bareng. Ini kuenya buat kamu..." jawab gadis Kaukasia itu lembut sambil menyerahkan sekotak kue tersebut.
"Danke schön, liebchen. Kalian masuk saja, maaf kalau kamarnya berantakan. Sebab sudah sehari yang lalu tidak aku bersihkan..." ucap Dieter. Kedua gadis itu saling berpandangan setelah masuk dan melihat kamar kos Dieter dan Toshiro yang terlampau rapi untuk ukuran kamar yang dihuni dua orang pria. Bahkan, wanita-wanita seperti Elise dan Mo saja kalah rapi.
"Ini udah rapi banget, Dieter. Bahkan cewek aja kalah." kata Mo, si gadis Asia itu. Elise segera meletakkan kue tersebut di atas karpet agar dapat dimakan berempat.
"Kalau Toshiro dan Mo mau makan kuenya, makan saja." ucap Elise. Kedua orang Asia itu mengangguk pelan.
Dieter memperhatikan kue di atas karpet yang berbentuk lingkaran dan terdapat empat buah ceri di atasnya.
"Jadi, kue ini bentuknya lingkaran...ada empat orang. Berarti bisa dipotong empat, supaya satu orang dapat satu ceri." gumam Dieter pelan. Ketiga orang yang lain hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun. Hal itu memang sudah jelas.
Tiba-tiba muncul seorang pria muda berambut merah yang memakai kemeja putih dan celana bahan di depan pintu kamar kos dan memperhatikan kue tersebut.
"Permisi...sepertinya lezat...aku boleh minta kuenya? Apa ada yang ulang tahun?" tanya Tom McKinnon, nama mahasiswa jurusan Teknik Geologi di depan pintu tersebut yang ternyata tetangga kos mereka.
"Boleh saja...ayo masuk." ucap Toshiro, kemudian tersenyum.
"Kita ada lima orang, jadi kuenya dibagi lima. Terus...cerinya harus dipotong jadi lima bagian dan masing-masing orang dapat empat." ucap Dieter sambil memotong-motong ceri tersebut. Sementara itu Tom, Toshiro dan Mo hanya bisa cengo melihat tingkah pria keturunan ras Aria tersebut. Kemudian Dieter menunjukkan ceri yang sudah dipotong kecil-kecil sambil menunjukkan senyum termanisnya.
Di depan pintu kamar mereka mendadak lewat seorang gadis berambut hitam panjang yang merupakan mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Hubungan Internasional. Gadis yang memakai gaun biru tua itu berhenti sejenak dan memandang kue coklat yang nampaknya lezat tersebut.
"Anneliese, kamu mau kue yang aku buat bareng Elise?" tanya Mo. Gadis yang dipanggil dengan nama Anneliese itu mengangguk pelan.
"Enam orang...jadi kuenya dibagi enam. Lalu...potongan cerinya harus dipotong-potong menjadi tiga bagian...supaya satu orang dapat sepuluh potong ceri." gumam Dieter yang mulai kesal sambil kembali memotong-motong ceri tersebut, kemudian menunjukkan ceri yang sudah dimutilasi seperti potongan wortel dalam salad.
"Di, kamu mau bikin salad atau makan kue? Aku bingung sama kamu..." ucap Anneliese. Pemuda itu tidak merespon sama sekali. Teman-temannya hanya dapat berharap agar tidak ada orang lain lagi yang masuk ke kamar kos mereka. Namun harapan itu musnah, saat mereka melihat Dannias, seorang mahasiswa jurusan Sastra Inggris berambut pirang yang memakai kaos hitam, celana jeans dan jaket abu-abu.
"Aku boleh minta kuenya?" tanya Dannias.
"Kurasa Dieter akan semakin parah dan tidak sabaran lagi menghadapi masalah ceri ini." ucap Elise.
"Dari mana kau tahu?" tanya Mo penasaran.
"Tujuh orang...kue dibagi tujuh...berarti cerinya...AAAAARRGH! Mana mungkin bisa kupotong dalam jumlah kelewat banyak! Bagaimana ini?" ujar Dieter yang mulai emosian.
"Dia semakin kambuh saja gangguan obsesif kompulsifnya..." gumam Elise. Sementara itu Dieter yang sudah tidak dapat menanggung ceri di atas kue tersebut berakhir melempar kue tersebut ke luar jendela.
"Senpai, kenapa kuenya dilempar ke luar jendela? Elise sama Mo nggak apa-apa kuenya dibuang?" tanya Toshiro penasaran.
"Cerinya sudah tidak bisa dibagi rata, jadi lebih baik kita tidak usah makan kue sekalian. Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf." ucap Dieter yang baru sadar kalau tadi gangguan obsesif kompulsifnya sudah kambuh. Pada akhirnya semua orang yang ada di kamar tersebut merasa kecewa karena gagal makan kue coklat.
"Aku sih nggak apa-apa...soalnya dia memang sering begitu kalau sudah mulai kambuh." ucap Elise.
****
Sementara itu di bawah sana seorang gadis berambut panjang kecokelatan yang memakai tank top berwarna merah dan hot pants berwarna hitam terkena lemparan kue dari Dieter yang kamarnya berada di lantai atas.
"Siapa, sih yang berani ngelempar kue ke arah gue? Sengaja, ya? Pasti itu antek-anteknya Megumi yang nggak suka sama gue! Gue yakin itu, dia pasti iri karena kecantikan gue dan pengen ngerebut Friedrich dari gue! Awas, lo!" umpat gadis itu dalam hati saat mengetahui dirinya terkena lemparan kue coklat.
A/N: Kalau baca dari judulnya dan gambarnya pasti ngiranya bakalan nulis romance unyu-unyu, kan? Hahaha...jadi buat cewek-cewek boleh aja nyari Mr. Perfect tapi sabar-sabar aja kalau dia udah kelewat perfect (ini maksudnya apa?). Review yang membangun sangat diharapkan,lho :)