Banyak orang yang menginginkan kami, spidol yang bisa disambung-sambungkan satu sama lain. Tapi mereka hanya menggunakannya untuk menggambar atau bermain-main saja.
Ya, mahasiswi baru itu selalu meminjamkan salah satu dari kami kepada tangan senior-seniornya untuk menandatangani buku yang harus dia bawa setiap minggunya. Inilah sepenggal kisah dari salah satu dari kami berdua.
Minggu Pertama
Pertama kali aku, si biru muda berpindah tangan, aku ada di tangan seorang gadis pemalu yang nampak modis dengan gaya berpakaian hijab style yang sedang menjadi tren belakangan ini.
Keesokan harinya, aku ada di tangan seorang pemuda tampan, tangguh dan pemberani, seorang pemimpin kritis yang selalu memberikan motivasi kepada setiap orang yang ditemuinya. Wah! Kesempatan langka untuk dipegang oleh seorang motivator seperti dia! Alangkah kagum mahasiswi baru tersebut, sekaligus bangga memiliki senior yang seperti dia.
Ternyata dia memiliki kebiasaan unik, yaitu pergi ke danau dekat perpustakaan dan merenung sambil menuliskan pikiran-pikirannya. Mahasiswa itu tidak tahu apabila seorang ketua Himpunan Mahasiswa memiliki kebiasaan seperti itu.
"Kak, aku pernah punya mimpi...dan kupikir mimpi itu tidak akan mungkin terwujud." ucap mahasiswi baru tersebut.
"Siapa bilang mimpimu itu aneh? Mimpimu dibilang aneh kalau ada yang menertawakan...dan kau lihat saja sendiri...apakah aku menertawakan mimpimu? Tidak, kan? Jadi, rawat mimpimu sampai dia besar dan terwujud!" kata senior motivator tersebut. Itulah kata-kata yang paling mahasiswi baru itu ingat dari senior tersebut.
Pada akhir minggu, aku ada di tangan seorang gadis cantik misterius yang jarang terlihat, tapi beruntungnya aku dapat ditangkap oleh tangan gadis itu. Aku merasa sangat takut melihat tatapan matanya yang intens dan menyeramkan.
Minggu Kedua
Aku jadi penasaran akan minggu ini, tangan siapa lagi yang akan memegangku.
Ternyata, aku dipegang lagi oleh seorang gadis berkerudung yang menyukai hal-hal yang berbau Korea. Mahasiswi pemilikku juga menyukai hal-hal yang berbau Korea, jadi dia mengobrol cukup panjang dengan senior yang satu ini.
Kemudian, aku digilir lagi oleh seorang pemuda humoris yang nampak santai dengan kehidupannya. Selama mahasiswi tersebut mengobrol dengan pemuda yang usianya berjarak dua tahun darinya ini, dia sering sekali tersenyum dan tertawa dan mengajaknya berfoto di tempat yang konyol -- di dalam elevator. Apalagi dia meninggalkan kesan dan pesan yang cukup menggelitik di buku yang harus dibawanya setiap minggu.
Minggu Ketiga
Minggu ini, aku berada di tangan dua orang malaikat yang menyamar menjadi manusia. Dan kebetulan minggu ini majikanku sedang merasa sakit-sakitan setelah mengikuti retret mahasiswa baru.
Mahasiswi itu melihat daftar wawancara untuk minggu ini, dan hatinya merasa kegirangan melihat sebuah nama yang terpampang di baris pertama. Nama salah seorang senior berwajah malaikat yang selama ini menjadi idolanya.
Segeralah dia mencari sang pemuda berwajah malaikat tersebut.
"Permisi...maaf, Kak. Kakak yang berwajah malaikat itu di mana ya?" tanya mahasiswi baru tersebut.
"Itu, dia di sana." tunjuk seorang senior yang dia tanya -- ke arah seseorang yang memang benar, dia yang berwajah malaikat. Tatapan matanya yang besar, sudah menunjukkan kesuciannya. Pemuda berwajah malaikat itu menoleh ke arahnya, dan mahasiswi itu tiba-tiba merasa percaya bahwa kiamat sudah dekat. Tanda-tandanya, banyak malaikat dari surga yang turun ke bumi.
Pemuda berwajah polos itu seakan-akan menampakkan diri dengan dua sayap besar berwarna putih yang tiba-tiba muncul dibalik kedua punggungnya dan cahaya yang menyelimuti tubuhnya.
"Kak...saya mau mewawancarai Kakak...sebentar saja. Boleh, kan?"
Senior itu mengeluarkan senyum manisnya dan menganggukkan kepalanya.
"Boleh, kita mengobrol di sana saja ya..." ajak senior berwajah malaikat tersebut.
Pada akhirnya mereka mengobrol panjang lebar, ternyata senior tersebut juga berhati malaikat. Lama kelamaan sang mahasiswi ingin menjadikan seniornya itu sebagai malaikat pelindungnya.
"Maaf, ya Kak...suara saya aneh...saya baru saja terkena flu karena efek acara di kolam renang kemarin. Makanya saya bawa-bawa tisu terus ke sini."
"Oh nggak apa-apa, kok...aku juga baru kemarin kena flu. Aku capek latihan sepak bola kemarin..."
"Omong-omong, setahu saya malaikat itu turun ke bumi untuk menjadi malaikat pelindung seseorang, bukan? Nah, apakah Kakak sudah menjadi malaikat pelindung seseorang?" tanya mahasiswi itu.
Dan apa jawaban yang diberikan senior itu?
"Sudah sejak lama...dia juga kuliah di fakultas ini, tetapi berbeda jurusan denganku." jawabnya. Seketika, hati mahasiswi itu hancur. Pencariannya untuk seorang malaikat pelindung yang selama ini diinginkannya gagal total.
"Ya sudah, Kak...saya minta tanda tangan Kakak..." ucap mahasiswi baru itu. Pemuda berwajah malaikat itu meraih tubuhku dan menandatangani buku itu, kemudian menggambar sesuatu di sebelah kanan tanda tangannya.
"Gambar apa, Kak?"
"Aku lagi gambar bintang, biar tanda tangannya beda dari yang lain. Biarpun aku bukan malaikat pelindungmu, tapi kamu harus selalu ingat aku." jawabnya, kemudian dia mengeluarkan senyum manisnya yang khas.
Hari berikutnya, mahasiswi itu menemui seorang senior wanita berwajah kalem, sama seperti seorang malaikat penyembuh.
"Maaf, Kak...aku sedang batuk-batuk begini...jadi suara saya agak aneh..."
"Kamu nggak apa-apa, kan? Udah agak baikan?" tanya senior wanita tersebut.
"Iya, orang tua saya meminta saya untuk bolos kuliah hari ini. Tapi saya ada janji wawancara Kakak, mengerjakan tugas kelompok dan ada kelas seni yang harus saya hadiri nanti sore."
Saat itu mahasiswi itu sedang terkena batuk-batuk dan memaksakan dirinya untuk kuliah hari ini. Ajaibnya setelah berbicara dengan senior tersebut, perlahan-lahan penyakit ringannya mulai sembuh. Kemudian, tangan lembut malaikat penyembuh tersebut meraihku dan menggoreskan tanda tangannya di atas buku itu.
Bersambung...