Senin, 01 Juni 2015

day 1: dia (spora)

Dia tidak pernah tahu istilah apa yang tepat untuk mendeskripsikan dirinya.

Apakah dia adalah seseorang yang merantau karena kemauan sendiri? Ataukah dia satu dari sekian banyak orang yang meninggalkan tanah kelahiran? Mungkin keduanya.

Butuh waktu baginya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Dia pernah menceritakan padaku bahwa mereka yang belum pernah ke sana, pasti akan beranggapan bahwa tempat ini akan romantis menurut gambar-gambar manis di halaman buku dan majalah. Namun, keberadaannya di sini adalah suatu ancaman tersendiri baginya.

Satu titik di mana dia kehilangan identitasnya sendiri adalah saat ayahku menitipkan pemuda itu di tempatku. Ia yang kukenal, seorang pria muda tangguh yang tetap memegang adat ketimurannya. Dia tak peduli dengan dunia yang semakin terhomogenisasi dengan kultur Barat. Pria muda itu seorang pembelajar yang cepat dan pekerja keras. Terkadang kehausannya akan pengetahuan membuatnya lelah sendiri.

Kuharap kehadiranku membuatnya betah hidup di negeri yang begitu asing baginya.

Dia begitu kuat sampai bersikeras kalau dia mampu menjaga dirinya. Persis dengan anak kecil yang harus kujaga perilakunya agar tidak sesat di tempat yang katanya neraka ini. Aku memperlakukan dia seakan seperti saudaraku sendiri. Kularang dia melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan normanya. Sayangnya, keinginanku untuk menjaga pemuda yang rapuh di dalam itu malah bertumbuh ke arah sesuatu yang lain.

Pelan-pelan, rasa sayangku padanya merusak dia. Membuat dia meragukan siapa dirinya yang sejati. Aku menaruh hatiku padanya. Tatapan laparku dilontarkan ke arah sepasang obsidian itu, dari ujung rambut sampai kaki. Malam itu, dia mengorbankan segala prinsip yang dipegangnya selama ini.

Semua keteguhan dan kekuatannya sirna sudah pada malam yang tenang itu. Dia mungkin bukan lagi dia yang kukenal. Bisa saja dia sudah melepaskan semua tetek bengek prinsip, norma dan nilai itu.

Dia dan aku berputar-putar dalam sebuah permainan identitas majemuk.

Sampai sekarang dia tidak tahu apa kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya. Seorang perantau, ataukah salah satu dari para perantau?

Dan apa istilah yang tepat untuk menjelaskan tentang aku?

Apakah aku seseorang yang menyediakan rumah baginya sama seperti teman-teman sebangsanya? Ataukah aku hanya membuatnya semakin rapuh dan tersiksa di sini?

#NulisRandom2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar