Selasa, 09 Juni 2015

day 10: bourgeoisie

Di dalam benakku sudah tertanam konsep yin dan yang. Manusia hanya dikelompokkan dalam dua hal yang saling berlawanan. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, hanya ada orang kaya dan miskin. Daerah abu-abu alias kelas menengah tidak ada dalam kamusku, karena semata-mata itu hanyalah konstruksi pikiran manusia. Aku tidak mau menambah jumlah sekat dalam stratifikasi ekonomi umat manusia.

Bicara soal kaya dan miskin, kita sering mendengar apa yang mereka sebut dengan konflik kelas. Kaum miskin itu merasa selama ini mereka dipandang rendah dan dimanipulasi oleh si kaya. Perasaan diremehkan itu membuat mereka melakukan perlawanan.

Cih! Kami tidak pernah meremehkan orang miskin. Orang kaya sudah berusaha berlaku adil pada mereka. Tapi mereka saja yang sering menyalahkan kekayaan yang kami dapatkan itu berasal dari mana. Belum tentu kita kaya karena korupsi atau bisnis gelap, kan?

Sudah bagus kami mau menolong, tapi mereka selalu menyalahpahamkan kami. Lama kelamaan tidak ada gunanya segala yang kami berikan untuk mereka. Perlawanan yang mereka lakukan sama sekali tidak ada gunanya menurutku.

Tanpa disadari, mereka semakin pandai membuat perlawanan. Keterbukaan akses terhadap pendidikan membuat mereka mencari cara perlawanan yang lebih lembut, halus dan menghanyutkan. Aku sendiri juga tidak menyadari revolusi kelas di zaman ini juga mengalami perkembangan.

Ada sebuah sekat transparan antara aku dan mereka. Untuk berteman saja dirasa sulit karena hidup dalam dunia kelas atas itu diibaratkan seperti hidup dalam gelembung karena sulit bagimu untuk turun ke bawah. Begitu juga dengan kelas bawah. Apalagi kalau dua hati dari kelas atas dan bawah saling bertemu satu sama lain. Itu menurutku sangat mustahil.

Kau pikir statusmu akan naik dengan menikahi orang yang lebih kaya? Secara ekonomi iya, tapi secara sosial mereka akan memandangmu sebagai orang yang dulu sempat jadi miskin. Kalau hal itu sampai terjadi, akan berujung pada sebuah skandal antara kita berdua.

Aku selalu memandang tatapanmu yang lembut dan penuh sayang itu sebagai godaan untuk menarikku dalam skandal romansa. Kau benar-benar mengeluarkan aku dari gelembung itu, dan melepaskanku dari jerat moralitas dan tanggung jawab sebagai salah satu empunya segala. Hal ini mungkin saja berakhir dengan kau yang meninggalkan aku sendiri, kedinginan dan telanjang. Sepeninggalmu, kau membawa segala emas berlian milikku untuk kau jual.

Kalau kau benar-benar mencintaiku, mungkin kau harus berlutut dan mencium jempol kakiku. Agar kau tahu siapa sebenarnya dirimu di hadapanku.

#NulisRandom2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar