Aku memandang sekelilingku. Laju kendaraan terdengar sangat berisik. Cahaya lampu neon membentuk gambar dan tulisan-tulisan abstrak yang tak dapat kubaca. Orang-orang melangkah cepat, dan sedikit mengeluarkan suara aneh dari mulut mereka. Tidak ada yang mempedulikan keberadaanku di tempat ini. Lagipula, tempat ini sendiri juga belum kukenal sebelumnya.
Sudah matikah aku? Kurasa surga tidaklah seperti ini, mungkin saja aku masih menjejakkan kaki di planet bumi. Entah ini di belahan dunia mana, aku kurang tahu. Kepalaku menengadah ke atas, mataku terbelalak kaget melihat pemandangan di atas.
Aku melihat seperti ada putaran angin di atas sana, di mana banyak makhluk transparan yang tengah berputar-putar. Ketidakpercayaanku pada takhayul membuatku tidak dapat memastikan apakah mereka itu jin, malaikat, peri atau semacamnya. Semakin lama keadaan ini semakin tidak masuk akal sehatku. Mimpi macam apa ini? Kapan semua keganjilan ini berakhir?
Di tengah sejuta pertanyaanku mengenai mimpi malam ini, tanganku seperti tertarik oleh sebuah sosok misterius ke samping. Aku berusaha memberontak dan melepaskan diri dari genggaman sosok itu, namun ia terus membawaku entah ke mana. Yah, mau mencoba berteriak sekalipun sosok itu juga tidak akan mengerti maksudku. Dunia kita mungkin sudah berbeda.
Perjalanan paksa itu terasa begitu cepat, seperti berlari keliling lapangan satu putaran pada masa SMA dulu. Aku tidak sadar kalau hanya ada aku dan sosok itu, tanpa penerangan lampu neon, suara kendaraan dan keributan orang-orang. Suasana mendadak berubah menjadi tepian kolam besar dengan pepohonan yang hijau serta kumpulan air yang memantulkan cahaya bintang di langit malam.
"Siapa kau?" ujarku kaget melihat si sosok misterius itu.
Dia seperti seorang pria yang tingginya tidak jauh berbeda denganku. Sekilas wajahnya cukup menarik, namun aku tidak merasa familiar dengan sosok tersebut. Keanehan mimpi malam ini bertambah satu lagi, aku harus menghabiskan malam berdua dengan orang asing berwajah rupawan.
Sosok itu tidak menjawab dan menyungging senyuman kecil. Telapak tangan kanannya menyentuh pipiku, kemudian perlahan ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Rasanya aku ingin meninjunya agar aku bisa bebas dari ini semua dan dapat bangun dengan tenang besok pagi. Aku mencoba mendorong sosok itu karena refleks, namun gagal karena ternyata sosok pria itu lebih kuat dari yang aku kira.
Jangankan pria yang kurus kerempeng seperti itu, pria gemuk saja bisa aku kalahkan. Tetapi mengapa energi yang kupunya seakan-akan terkuras dengan sendirinya?
Sosok itu menyapukan bibirnya di atas bibirku. Kedua tangannya memelukku, memberikan sentuhan pada bagian punggungku. Entah kenapa aku dapat tenggelam dalam semua sentuhan itu, mungkin karena dalam keadaan seperti ini aku tidak dapat melawan segala serangan yang dilakukan oleh tangan dan bibirnya.
Ini benar-benar mimpi paling absurd yang pernah kurasakan. Sudah terbang melayang tidak jelas, tertarik ke belahan dunia lain, sekarang aku tengah diperkosa orang asing. Tunggu...bisa saja orang itu bukanlah manusia. Dalam mimpi apapun dapat terjadi, kan?
Anehnya lagi, aku bisa menikmati apa yang telah dilakukannya padaku. Sejak pertama aku melihat sosok itu, ia benar-benar menarik perhatian dan seduktif. Seakan-akan semua pesonanya menarik energiku sampai habis.
Sontak kedua mataku terbuka, aku melihat sekelilingku. Ternyata, ini semua hanya mimpi dan aku sejak tadi memang tidur dalam kamarku. Pada saat aku melihat jam di telepon genggamku, ini sudah berganti hari lagi.
Syukurlah kalau tadi itu hanya bunga tidur semata. Aku berusaha bangun walau badan masih pegal-pegal semua, kemudian pergi ke dapur sejenak dan menyiapkan susu serta roti isi untuk sarapan pagi. Maklum, habis turun lapangan aku belum makan sama sekali.
"Kakak sudah bangun juga akhirnya..." tanya seorang gadis berambut cokelat sepunggung yang tengah duduk di meja makan sembari mencorat-coret buku sketsanya. Aku hanya menganggukkan kepala mendengar kata-kata teman sekamarku itu.
"Iya, Mima. Semalam aku lapar. Mau nyiapin sarapan." jawabku. Si gadis yang kupanggil dengan nama Mima itu hanya menoleh sejenak lalu kembali pada pekerjaannya. "Memangnya kenapa kamu berharap aku bangun pagi?"
Mima mengalihkan perhatian dari buku sketsanya dan menatap mataku sejenak lalu berkata, "Ada tetangga baru mau mampir, Kak. Siapin sarapannya lebih satu porsi, ya."
Tetangga baru? Siapa? Laki-laki atau perempuan? Berjuta pertanyaan muncul dalam benakku mengenai si tetangga baru itu. Sepertinya Mima ini sudah lama mengenalnya sampai sebegitu senangnya dengan tetangga baru itu.
Lima belas menit lebih aku habiskan untuk menyiapkan sarapan. Benar saja si tetangga baru yang dimaksud oleh Mima sudah mendudukkan diri di atas kursi makan. Tetangga baru itu ternyata seorang pria berkulit agak kecokelatan dengan tinggi yang kira-kira berbeda lima sampai enam sentimeter dariku. Bola mata hitam pria itu nampak mengobservasi keadaan di sekitarnya. Saat mengobrol dengan Mima, bibirnya menyungging senyuman lebar yang khas.
Tunggu...kenapa sosok pria tetangga baru itu mirip dengan sosok yang kemarin nyaris memperkosaku dalam mimpi? Sebenarnya bukan memperkosa juga, karena dalam mimpi aku memang menyerahkan diri sepenuhnya.
Aku mencubit pipiku sejenak setelah meletakkan nampan berisi sepiring roti isi dan tiga gelas susu. Memastikan kalau ini bukanlah mimpi di dalam mimpi. Sepasang obsidian milik pria itu menatapku, lalu ia tersenyum ramah.
Perasaan curiga terhadap orang ini muncul begitu saja. Ada kegalauan antara harus merasa terpesona akan ketampanannya atau takut ia melakukan hal sama seperti dalam mimpi.
Ke mana dia akan membawaku pergi?
#NulisRandom2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar