Rabu, 24 Juni 2015

day 24: internships and idols

Perempuan muda berambut hitam panjang sepunggung itu tengah duduk di bangku kantin kampusnya. Ia tersenyum lega menatap proposal magangnya yang telah diterima, baik oleh dosen maupun kantor tempatnya akan magang. Sudah beberapa kali Dinda mengajukan proposal magang, namun selalu ditolak. Bagi seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik seperti Dinda, magang adalah suatu mata kuliah yang wajib diambil untuk semester itu. Ia dapat bernapas lega karena satu nilainya sudah selamat. Yah, yang harus dia lakukan hanyalah menjalani pekerjaannya di LSM berbasis kesetaraan gender tersebut dan membuat laporan pada akhir semester.

Namun, ada satu masalah lagi. Jarak antara rumah Dinda dan kantor magang maupun kampusnya dapat dikatakan sangat jauh. Bayangkan saja, dari rumah ke kampus Dinda harus naik bis kota lalu menyambung kereta api yang berhenti di tujuh stasiun.

"Din? Kok, bengong? Harusnya seneng dong, udah keterima. Gue aja udah ngajuin berkali-kali masih belum dapat juga." tanya Afi, salah satu sahabatnya yang tengah mengaduk-aduk segelas es teh manis dengan sedotan. Dinda yang tengah memasang headset sambil mendengarkan lagu-lagu salah satu boyband asal Jepang, melepas salah satu headsetnya dan menoleh ke arah temannya.

"Emang, sih gue seneng nilai magang gue selamat. Cuma, gue takut ngerepotin dan ngekhawatirin ortu gue kalau misalnya gue tinggal bareng mereka. Gue mau tinggal sendiri rada rempong gitu, lo tahu kan bokap nyokap gue kayak apa, Fi?" Dinda menjawab sekenanya.

"Eh, omong-omong lo lagi dengerin apaan Din? Ini lagunya Arashi bukan, sih?" ucap Afi sambil memasang kabel headset yang tadi sempat dilepaskan Dinda, mencoba mengalihkan percakapan.

"Yah, masih satu agency sama Arashi lah. Cuma grup yang ini debutnya duluan dari Arashi." jelas Dinda singkat. Afi hanya geleng-geleng kepala, ia tidak mengerti lagi dengan bagaimana manajemen industri hiburan di Jepang sana.

#NulisRandom2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar